Mau cerita pengalaman tentang sidang tesis dulu, yang mau tidak mau harus saya lewati biar bisa lulus dari kampus gajah itu. Dengan pandemi ini tentu saja harus dilakukan melalui online.
Sebenarnya dengan jeda yang cukup panjang dari sidang pembahasan ke sidang ujian menjadikan saya sudah siap aja. Saya memang menunda sidang ujian karena memang belum siap untuk lulus dengan cepat, karena satu dan lain hal lah, hehehe. Intinya saya gak mau wisuda di bulan April, maunya Juli aja.
Omong-omong tentang sidang apa saja, jurusan saya ada 2 kali sidang untuk lulus yaitu Sidang Pembahasan dan Sidang Ujian. Dengan dosen penguji yang sama, sidang pembahasan ini akan membahas tesis secara keseluruhan dan penguji akan bertanya dan mengoreksi dan itu bisa dijadikan “masukan” dalam membuat tesis itu siap tempur di sidang ujian. Progress dari sidang pembahasan ke sidang ujian ini akan jadi pertimbangan juga sepertinya oleh dosen pembimbing buat ngasih nilai akhir nantinya.
Yah begitulah, akhirnya saya harus mengikuti sidang ujian itu juga, tak bisa ditunda terus dengan seribu satu alasan itu :)) Deg-degan kali ini bukan karena belum siap, tapi takut saya gak bisa defence dengan situasi jarak jauh dan melalui media zoom begitu.
Saya ingat banget sidang ujian bertepatan di bulan puasa dan menjelang libur lebaran. Juga sebenarnya jatoh di tanggal merah perayaan kenaikan Yesus. Tapi bapak dosen lupa tanggal dan saya juga. Pas kita ngomongin itu sebelum sidang, jadinya malah ketawa-ketawa mengingat kelupaan hari itu.
Untungnya suami sudah berada di Bandung waktu itu, jadi dia bisa jagain anak lanang sementara saya ujian. Saya memakai unit apartemen yang tadinya kita sewa buat dia isolasi mandiri pulang dari Amsterdam. Memang pas sekali, saya sewa unit itu selama sebulan dan dia cuma butuh isolasi 14 hari, jadi unit itu bisa dipakai lagi buat keperluan lain. Saya pun sidangnya bisa lebih tenang, gak berisik sama celotehan si bocah karena aslinya dia cerewet kalau lagi di rumah.
Memakai baju yang sudah saya siapkan untuk sidang offline, akhirnya sidang itu terlewati juga. Sejauh yang saya alami sih sidangnya berjalan lancar. Ada satu dua yang saya jawab dengan rada mikir, tapi yang secara keseluruhan saya sih pede aja, gak nyangka juga. Mehehe.
Yang rada kesel tuh kok lupa screenshot layar waktu ujian bersama semua dosen. Sempat nangkap layar cuma pas ngobrol sama dosen pembimbing waktu lagi nunggu dosen yang lain online. Pengen tak HIH diri sendiri. Padahal momennya kan cuma itu doang ya….
Yang berbeda dengan sidang offline selain gak bisa menatap dosen secara langsung adalah tidak ada teman yang menunggu dengan balon-balon berbentuk huruf di luar ruangan, tidak ada karangan bunga dan paket-paket berisi snack itu, hahaha ngarep. Di kemudian hari saya juga akhirnya tau bahwa ternyata beberapa teman udah menyiapkan selempang yang bertuliskan nama dan gelar, khas sidang ujian. Bahkan mereka ternyata sudah meyiapkan di bulan Maret untuk jadwal sidang yang tidak jadi itu. Maacih gaes, kuterhayuuu.
Sesudahnya foto-foto aja di depan pintu apartemen. Difoto suami yang dia gak bisa ikut foto karena masih kusut, belum mandi abis momong anak. Ngasih kabar ke sana ke sini biar yang lain ikut happy. Perut masih keroncongan karena puasa dan siap-siap bikin makanan untuk berbuka. Yang penting udah lulus, Yaaaay!!! Udah bisa netflix-an tanpa ada beban yang mengganjal.
Omong-omong saya juga mau cerita tentang wisuda. Saya sebenarnya tak terlalu berharap apakah akan ada wisuda atau tidak. Bahkan untuk wisuda online sekalipun. Toh yang penting sudah lulus dan sudah bisa punya ijazah. Ternyata di minggu-minggu terakhir tanggal wisuda, pihak jurusan ngasih tau kalau bakal ada syukuran wisuda jurusan yang akan dilakukan secara online. Bukan seperti wisuda di tempat lain yang dengan toga dan prosesi segala macam itu ya. Yah beneran cuma kayak syukuran aja. Wong semua perangkat wisuda juga belum dikasih, hehehe.
Acaranya terdiri dari sambutan-sambutan ucapan selamat dari pihak kampus dan wisudawan. Kita mah nonton aja. Terus penayangan slide profil untuk setiap wisudawan. Karena ini gabungan S1 dan S2, ya nunggunya lama juga. Saya cuma menyiapkan diri seadanya. Pakai baju yang rapi, bedakan dikit, cari background yang mantap. Udah deh. Yang asiknya, bokap nyokap dan saudara lain bisa nonton sambil tidur-tiduran di rumah. Bokap nonton sambil ngunyah karena belum sempat makan siang pulang jumatan, hahaha.
Sedangkan wisuda universitas cuma disiapin virtual graduation berupa video youtube yang dishare begitu saja. Ennnggg…. Yasudahlah ya, mau gimana. Dengan sambutan yang banyak dan lulusan yang banyak juga, saya langsung lompat ke barisan nama saya. Pas udah liat nama sendiri “oh itu dia”, tutup tab youtube-nya dan hidup berjalan seperti biasa.
Yah begitulah cerita tentang wisudawan angkatan Covid-19 ini X)) Sebuah pengalaman yang berbeda dan mungkin bisa diceritakan ke anak cucu nanti. Eh atau malah anak cucu nanti malah akan berganti dengan wisuda macam ini juga, toh dunia sudah berubah. Siapa tau saya jadi pioneer ya. Sekian cerita kali ini…. Babay!