Manjapuik marapulai adalah acara menjemput calon pengantin pria ke rumahnya oleh keluarga calon pengantin wanita untuk besoknya dipersandingkan di pelaminan. Ini adalah salah satu acara yang sangat penting sebenarnya dalam rangkaian acara baralek-resepsi di Minang Kabau. Biasanya kalau ada yang bilang “laki-laki” dibeli di beberapa daerah di minang, maka di acara inilah “transaksi"nya berlangsung (kasiaaan deh :p), untungnya di daerah saya gak ada acara beli-belian pengantin laki-laki begitu.

Karena ipul jadi menantu seorang yang masih mikirin acara adat yang penting ini, mau tak mau dia musti mengikuti acara ini. Padahal saya sempat sedikit menawar ke bokap biar acara manjapuik marapulai ini diabaikan saja karena nenek barusan meninggal, ternyata bokap gak mau. ihik.

Dan karena ipul bukan orang minang, maka rencana awalnya dia bakal “ditempelin” ke rumah nenek (rumah bako) yang berarti dia mesti dijemput dari sana jadi berubah di saat-saat terakhir karena musti disesuaikan dengan situasi dimana rumah nenek lagi banyak melayat. Tempatnya diganti ke rumah tante, jadi ipul musti “mendekam” di sana dulu.

Yang paling dominan di acara ini adalah pasambahan. Yaitu ketika dua pihak keluarga sudah bertemu ada semacam sahut-sahutan pakai bahasa adat dan pantun-pantun yang saya sendiri bingung apa artinya :)) Bisa liat contoh pasambahan itu di sini –> http://www.youtube.com/watch?v=gMpSiIf6l-k. Jaman dulu sering loh katanya baraleknya jadi gagal karena tidak bagusnya proses penjemputan dan penerimaan dari kedua belah pihak. Serem ajaaa.

Acara manjapuik marapulai adalah “acara para laki-laki”, jadi sembari ipul sibuk disodorin bahasa yang dia tidak mengerti itu di rumah tante, saya bisa tidur-tiduran dulu, muahahaha. Untung ada Rudy mau nemenin ipul biar ada temen ngobrolnya :p

Normalnya manjapuik marapulai ini bisa berlangsung dari malam kira-kira waktu isya sampai menjelang dini hari, dikarenakan musti bolak-balik dan panjangnya petatah petitih pasambahan dari kedua belah pihak yang memakan waktu lama. Tapi karena kebetulan acara ipul ini sudah semacam seremonial doang maka jadwalnya bisa dikondisikan. Sehingga gak sampai lewat tengah malam.

Di acara manjapuik inipun akhirnya ipul diberi nama baru, karena sesuai pepatah Minang “Ketek banamo, gadang bagala” artinya kecil bernama, besar bergelar, maka nama ipul yang baru adalah Panduko Rajo. Ini adalah gelar dari suku Jambak, suku dimana tempat ipul “nempel” tadi.Dan seharusnya kalau udah diberi nama gelar baru maka dengan nama baru itu lah dia musti dipanggil. Jadi sekarang silahkan panggil ipul dengan nama Panduko atau Rajo :p

Kemudian dia dipasangi baju lengkap. dan inilah fotonya abis dipasangi baju itu (yang moto Rudy) : pasang

Ketika pengantin laki-laki dijemput, rumah pengantin perempuan pun rame sama orang yang menanti. Inilah yang namanya “Mananti Marapulai”, jadi rumah dipenuhi oleh bapak-bapak orang suku Koto, sukunya saya :D. Kasian juga ngeliat bapak-bapak itu nunggu lama dan pasti kelaparan karena belum disediain makan. Makanan dihidangkan baru ketika marapulainya datang sesudah dijemput. makanan

Ketika marapulai datang bersama rombongan yang menjemput dan mengantar, makanan baru dihidangkan. Yang menghidangkan pun harus laki-laki. Biasanya sepupu-sepupu dan tetangga-tetangga yang masih muda yang bantuin buat menghidangkan. hidang

Abis makan, ada Pasambahan lagi deh. aih mateeeek lamaaaa. Saya sudah ketiduran, itu acaranya belum juga kelar. Kasian deh Marapulai *puk puk tamu

Begitulah kisahnya bagaimana Panduko Rajo dijemput :D