Entah dapat pencerahan dari mana, akhirnya kepikiran untuk decluttering barang-barang di rumah. Pada dasarnya saya tidak suka belanja barang tapi kok ternyata barang di rumah ini cukup menumpuk. Tapi sesudah diperhatikan ya karena saya suka mempertahankan barang, jarang membuangnya. Yang paling banyak adalah baju, kemudian buku-buku.

Baju yang banyak itu sebagian besar adalah baju saya, punya suami dan anak cuma sebagian kecil. Tujuan menyimpan karena kondisinya yang masih bagus tentu saja. Walaupun tidak dipakai karena mayoritas kekecilan. Dengan pembenaran untuk mempertahankannya adalah “ah nanti bakal terpakai lagi setelah berusaha diet dan olahraga”. Tapi tentu saja itu berujung wacana dan lingkar badan tak kunjung juga berkurang.

Akhirnya saya merelakan baju-baju itu untuk disingkirkan. Cukup emosional untuk melakukannya. Baju-baju yang dipisahkan itu masih tergolong bagus dan memorable. Baju-baju borkat, batik-batik yang cantik, gaun yang dipakai baru sekali dua kali, celana jeans yang tak muat lagi, dll. Tapi yasudah lah ya.

Untuk urusan buku, ini lebih emosional lagi. Tidak pernah terbayangkan kalau saya akan menyingkirkan sebagian buku yang sudah bertahun-tahun saya simpan ini. Disimpan sejak jaman masih rajin baca buku sampai ke jaman beli-dulu-bacanya-kapan-kapan.

Yang paling gampang adalah memilah baju anak-anak. Ketika saya bilang ke suami bahwa baju-baju anak pertama akan saya hempaskan, suami sih setuju-setuju saja dan bilang “nanti tinggal beli lagi”. Wah tentu saya senang mendengarnya karena akan ada alasan buat belanja. Ihik.

Kemudian ada beberapa barang elektonik yang masih nyala tapi tidak saya gunakan lagi. Seperti tv tabung yang masih berfungsi yang saya beli waktu pertama kali ngekos di Jakarta. VCD Player yang masih lengkap sama kotaknya, lampu belajar yang masih on dan rice cooker yang sudah bertahun-tahun usianya tapi masih bisa dipakai XD

Kemana barang-barang itu disalurkan? Sebenarnya saya sudah melihat-lihat beberapa tempat untuk menyalurkan barang-barang ini. Tentu saja saya ingin agar barang-barang ini disumbangkan karena masih layak pakai atau didaur ulang kalau ternyata susah untuk didonasikan. Ada 2 tempat yang menjadi opsi saya yaitu bberes.id dan donasi barang. Masing-masing dari jasa ini ada kelebihannya. Tapi saya akhirnya memilih donasi barang saja.

Adminnya ramah. Ketika saya menghubungi untuk memberitahukan akan mendonasikan barang-barang layak pakai, langsung di-WA terkait apa saja barang yang bisa didonasikan dan yang tidak. Selanjutnya disuruh isi form dan memberitahukan kapan akan dijemput, abis itu beres deh tinggal tunggu.

Sebagian dari buku-buku ini juga saya kirimkan ke rumah baca kepunyaan adik angkatan kuliah dulu. Dia tau saya lagi decluttering buku, trus ngasih tau kalau menerima donasi buku untuk rumah bacanya. Akhirnya sebagian saya paketin aja ke sana. Mudah-mudahan berguna dan bisa menambah baca orang-orang di sekitarnya.

Ketika sebagian barang ini keluar dari rumah ternyata ada perasaan lega, walaupun tidak sehebat Marie Kondo dalam mengorganisirnya dan lemari juga belum sekosong itu. Sesudah ini harus ganti mindset dengan menyimpan barang yang memang buat dipakai saja. Belanja buku sementara stop dulu. Kalau ada barang yang tidak dipakai tapi masih layak, mending disisihkan dan donasikan saja. Dan yang penting, belanja barang harus mindful. Jangan beli cuma karena lucu, atau karena “mumpung diskon” atau karena stress :))

Bye-bye baju dan buku kesayangan. Baik-baik di sana ya…