Boleh dibilang sebagian keluarga saya adalah pengerak pramuka. Bapak saya aktif bahkan sampai dia jadi guru, dan selalu mendukung anak muridnya untuk berkegiatan pramuka bahkan ketika dia sudah menjadi kepala sekolah. Satu set baju pramuka dengan atribut pelengkapnya dia masih punya.

Kakak sayalah anak pramuka sejati, sejak sekolah dasar dia sudah ikut kegiatan ekstra kurikuler ini. Dia selalu aktif di setiap acara-acara yang menyertakan pramuka di dalamnya, juga aktif di kwartir cabang yang mungkin pernah jadi pengurusnya, selalu diangkat jadi pembina pramuka di sekolah yang pernah dia ajar. Dia ikut jambore nasional di cibubur waktu itu. Itulah yang jadi kebanggaannya.

Saya? Saya mulai aktif pramuka sejak SD, bersama-sama kakak selalu aktif di kegiatan apapun. Selisih jarak satu kelas membuat kegiatan pramuka saya dan dia selalu bareng. Kakak boleh bangga di tali-temali tapi saya selalu bangga di hapalan sandi. Kakak selalu senang kegiatan pramuka di tenda, saya bangga tampil kawakan di jelajah alam.
Tapi saya berhenti, karena apa? Jadi ketika hanya salah satu dari kami yang boleh ikut jambore nasional dikarenakan utusan sekolah yang boleh cuma satu akhirnya sekolah memutuskan kakaklah yang berangkat ke acara itu. Saya tidak tau pertimbangannya apa, mungkin karena lebih tua :p
Sesudah itu saya tak punya semangat lagi ikut pramuka, iya, secetek itu pikiran saya waktu itu. Saya kan sudah bilang, saya gampang patah hati (kapan bilangnya cit?). Ya maklumlah, masih kecil. Dasar anak-anak. Saya memang kecewa berat waktu itu.

Akhirnya, sang kakak tetap setia di pramuka sampai sekarang, dan saya cuma bisa menggadang-gadang kalau saya pernah jago di sana. Hahahaha. Bahkan sampai sekarang kayaknya dia ber-dna pramuka dan saya ber-dna patah-hati. (Halah, curcol). Tapi kalau ada yang mau tes morse dan semaphore saya, silahkan saja ๐Ÿ˜€

Tapi saya sangat sadar kok, berpramuka itu selalu banyak kelebihannya.
Salam Praja Muda Karana!!